Entah
mengapa, aku tidak bisa melupakanmu.
Tersadar
dari lamunanku, aku yakin bahwa bukan aku yang tak bisa melupakanm, bukan
niatku yang tak bertekad untuk melupakanmu, hanya saja hatiku yang tak mau
pergi dari cerita tentangmu.
Seakan-akan
waktu terus berjalan, menghabiskan hari-hari terakhirku bersama mu
“maaf,
aku emang gak baik buat kamu dan hati kamu” ucap Andi lirih sembaring
meninggalkan Ulfa yang masih mematung didepan pintu kelas Andi.
Entah
petir mana yang berhasil membuat Ulfa jatuh dalam bayang Andi saat itu, ia tak
sanggup harus meninggalkan dan melepaskan Andi, terlalu banyak cerita yang
telah mereka alami. Bukan, bukan mereka tapi Ulfa. Terlalu banyak cerita
tentang kesedihan bertubi yang hilang ketika suka datang walaupun begitu
pelitnya, yang bisa membuat Ulfa gembira tak karuan.
“Andi!
Tunggu dulu” kata Ulfa yang berusaha berjalan menuju Andi, yang hendak pergi
dan akan meninggalkan Ulfa. “kamu inget gak, dulu kamu yang ngejar-ngejar aku
kalau aku lagi marah, kamu yang meluk aku kalo aku udah gak bisa bendung tangis
aku, kamu yang selalu…” ucap Ulfa lirih dan berhenti karena tak sanggup
menerimanya, kini Andi ada didepannya dan diam, bahkan sepertinya Andi tak
peduli dengan Ulfa. Tersadar dari hentian katanya, Ulfa tahu memang dari dulu
Andi tak pernah peduli dengannya, hanya saja kepercayaan Ulfa pada Andi yang
begitu besar sehingga membuat Ulfa yakin dengan segala kenyataan yang
sebenarnya tidak akan pernah terjadi Andi yang memang sudah tak menganggap Ulfa
dalam kehidupannya, bahkan ada atau tiadanya Ulfa dalam hidup Andi, Andi akan
baik-baik saja
“Fa,
aku yang dulu beda sama yang sekarang, aku yang dulu bikin kamu bahagia
sekarang gak bisa, gak bisa lagi aku meluk kamu” kata Andi yang berusaha
membuat Ulfa tegar dengan keputusan Andi. Memutuskan segalanya.
“tapi…
tapi buat apa kalau kamu diam dan memutuskannya secara mendadak tanpa alsan
yang jelas, aku tau kamu pasti menyembunyikan sesuatu dari ini kan, Ndi?” ucap
Ulfa lirih dan raut mukanya yang tiba-tiba berubah menjadi sinis
“oke.
Aku emang udah suka sama orang lain semenjak kita… semenjak kita udah lama”
kata Andi dengan muka bersalah dan nada entengnya. Andi hanya bisa mengalihkan
pandangannya kemana[un, tapi tidak pada Ulfa “aku gak tahu kalau kamu segini
sayangnya sama aku… aku kira dengan aku menghindar dari kamu akan membuat kamu
benci sama aku, Fa” kata Andi yang berusaha memberi penjelasan yang sangat
jelas pada mantan kekasihnya itu, orang yang pernah menjadi satu-satunya dalam
hati Andi, walaupun Andi tahu waktu itu tidak terlalu lama, bahkan tidak
berbanding dengan Ulfa, tapi sayangnya Andi tak begitu peduli. Bagaimana pun
caranya, ia harus bebas dari Ulfa!
“kamu
emang bener-bener cerita buat aku ya, Ndi. Kamu yang bikin aku jatuh cinta
sampai segininya dan kamu juga yang bener-bener bikin aku terluka
sesakit-sakitnya. Aku emang gak pernah minta balasan kasih sayang aku sama
kamu, tapi setidaknya kamu masih punya iba dengan kata-kata kamu tadi, sakit,
Ndi. Sakit” kata Ulfa yang merubah tangis nya menjadi tangis penyeselan betapa
bodohnya dia saat bersama Andi. “Mungkin aku gak bisa jelasi perasaan aku yang
hancur ini, Ndi. Tapi kamu harus tahu, kalau cewek udah nangis sampai dia engga
bisa berbicara itu artinya… cewek itu udah terlalu lemah untuk berbicara
sekalipun, bukan berarti dia lemah, tapi nangis akan membuatnya diam dan
bersikap dewasa. Engga kaya kamu yang tiba-tiba ambil keputusan tanpa mikir
satu persenpun, siapa danseberapa besr luka yang akan kamu buat!” kata Ulfa
yang sudah begitu lelah dengan sikap Andi selama ini. Terlalu muna jika Ulfa
tidak nangis dan emosi saat tadi, terlalu naif.
Pada
kenyataan, dimana ada yang memulai pasti dia yang akan mengakhiri. Entah
bagaimana dan kapan, semuanya akan terjadi tanpa disadari.
Jalan
cerita sudah tersusun rapih, hanya tinggal butuh mental dan kesiapan untuk
menerimanya, kenyataan tidak ada
yang pahit jika kita sikapi secara dewasa.
(@gitaagk)